Latar Belakang Pembentukan PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan
zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula
dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi
mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah. Dibawah ini adalah
beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
- Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
- Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
- Pisahnya NU dari Masyumi.
- Ketika PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan Masyumi dibubarkan oleh Bung Karno, Bung Karno meminta kepada NU untuk mendirikan oganisasi mahasiswa Islam yang 'Indonesia' maka berdirilah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Hal-hal tersebut di atas menimbulkan kegelisahan dan
keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi
sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi
mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat
yang kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang
berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dengan berazaskan Pancasila. Tujuan PMII
sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4
"Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT,
berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia".
Organisasi-organisasi pendahulu
Di Jakarta pada bulan
Desember 1955, berdirilah IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) yang
dipelopori oleh Wa’il Harits Sugianto. Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU
(Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun
keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang
oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan
IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di
Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah
eksistensi IPNU. Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada
Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali
ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah
kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon
(27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai
oleh Isma’il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan
Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program
organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh
mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu
para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu
diawasi oleh PP IPNU.
Konferensi Besar IPNU
Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa
NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada KOMBES (konferensi besar)
IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian
kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara
khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES
Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian
organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
- A. Khalid Mawardi (Jakarta)
- M. Said Budairy (Jakarta)
- M. Sobich Ubaid (Jakarta)
- Makmun Syukri (Bandung)
- Hilman (Bandung)
- Ismail Makki (Yogyakarta)
- Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
- Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
- Laily Mansyur (Surakarta)
- Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
- Hizbulloh Huda (Surabaya)
- M. Kholid Narbuko (Malang)
- Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh
Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala
itu, KH. Idham Kholid.
Deklarasi
Pada tanggal 14-16 April 1960
diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU
Wonokromo, Surabaya. Peserta
musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung,
Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat
Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama
organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan
nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta
mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun
kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ pakah perhimpunan atau
persatuan. Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan singkatan dari Pergerakan
sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga
menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta
memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid
Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum.
Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan
kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17
April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.
Pengurus PB PMII dari masa ke masa
Lahir di Jakarta 27 Juli 1933, Ketua Umum PP.PMII tiga
periode, yaitu periode 1960–1961, hasil Musyawarah Mahasiswa Nahdliyin pada
saat PMII pertama kali didirikan di Surabaya Jawa Timur. Periode 1961-1963,
Hasil Kongres I PMII di Tawangmangu Jawa Barat. Dan Periode 1963-1967, hasil
Kongres PMII II di Kaliurang Yogjakarta. Pada masa kepemimpinan sahabat Mahbub
Junaidi inilah PMII secara politis menjadi sangat populer di dunia
kemahasiswaan dan kepemudaan, sampai pada periode pertama sahabat Zamroni.
Pernah menjabat sebagai Ketua Umum PWI pusat dan pimpinan Redaksi Harian Duta
Masyarakat (1965–1967), ketua dewan kehormatan PWI (1979 – 1983), anggota DPR
GR (1967-1971), Wakil Ketua PB NU (1984-1989), Wakil sekjen DPP PPP, Anggota
DPR/MPR RI (1971-1982), Pencetus “Khittah Plus”, Ketua Majlis Pendidikan
Soekarno dan anggota mustasyar PB NU (1989-1994).
Dalam sejarah republik ini, pernah muncul seorang tokoh
aktivis mahasiswa yang sangat multi talenta,bahkan hampir jarang ditemukan
sosok yang lengkap seperti dia saat ini, dia adalah Mahbub Junaidi. Mahbub
adalah seorang tokoh satrawan, jurnalis, organisatoris, agamawan dan politisi.
Dalam hal tulis-menulis Mahbub temasuk sangat piawai pada masanya.
2. Sahabat
Muhammad Zamroni (Periode 1967-1973)
Lahir di Kudus/Jepara Jawa Tengah Tanggal 10 Agustus
1935. Riwayat Pendidikan: SD Muhammadiyah Kudus (1948), SMP Negeri Kudus
(1951), SGHA Yogjakarta (1955), IAIN Jurusan Pendidikan, Jakarta (1969),
Pesantren Bale Tengahan Kudus, Pesantren Jamsaren Solo, Madrasah Tsanawiyah dan
Aliyah di Kudus dan Solo. Karir: Guru Ilmu Pasti, Agama dan Olah Raga PGAN
Magelang (1955-1958) Asisten Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat
Jakarta (1963-1965), Penata Madya Pegawai Departemen Agama (1965-1967), Ketua
Umum PP PMII dua periode yaitu periode 1967-1970, hasil kongres PMII III di
Malang Jawa Timur. Dialah satu-satunya tokoh PMII yang terpilih tanpa
kehadiran yang bersangkutan di arena Kongres, karena pada saat itu dia masih
berada di Tokyo Jepang, dalam rangka operasi jari tangan kanan akibat
kecalakaan mobil sewaktu konsolidasi KAMI ke daerah Serang. Kemudian Periode
1970-1973, hasil Kongres IV PMII di Makasar Ujungpandang Sulawesi Selatan. Pada
masa kepemimpinan sahabat Zamroni yang ke dua inilah PMII menyatakan diri “Independen”,
(dicetuskan di MUBES II di Murnajati Lawang Malang 1972). Dialah
penggagas Independensi PMII. Pada masa kepemimpinan sahabat Zamroni inilah PMII
berkembang sangat pesat terutama jika dilihat dari segi banyaknya Cabang-cabang
yang ada, tidak kurang dari 120 cabang yang hidup diseluruh Indonesia. Suatu
prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat sulit terulang kembali
hingga sekarang ini.
Menjadi Ketua Persidium KAMI Pusat (mulai pertama
dibentuk sampai bubar), Inilah tokoh PMII, Tokoh Mahasiswa, dan Tokoh Pemuda
yang berhasil menggerakkan Mahasiswa dan Pemuda di seluruh Indonesia
berdemonstrasi turun ke jalan menuntut dan berhasil merontokkan Rezim Orde
Lama. Dialah Figur Tokoh angkatan 66. Dialah tokoh demonstran yang berhasil
menumbangkan suatu rezim. Dialah tokoh paling populer dan terkenal pada
masanya, setelah Soekarno. Tokoh idola yang mampu menjadi “inspirator gerakan”
mahasiswa dan pemuda di seluruh nusantara. Dialah tokoh yang berani
berdemonstrasi dan berdebat berhadap-hadapan secara langsung dengan Presiden
Soekarno.
Pernah menjadi anggota DPR GR/MPRS Fraksi Karya
Pembangunan (1967-1971), DPR/MPR RI Fraksi Partai NU (1971-1977), DPR/MPR RI
Fraksi PPP (1977-1983), Ketua Komisi I DPR RI (1983-1987), dan terakhir sebagai
wakil Ketua Komisi X DPR/MPR RI. penandatangan Deklarasi KNPI (1973), Ketua I
DPP PPP (periode Naro), dan wakil Sekjen PB NU (periode Idham Chalid). Drs. HM. Zamroni bin Sarkowi, Berpulang ke Rahmatullah
pada dini hari pukul 03.00 WIB, Hari Senen Tanggal 5 Februari 1996, di RS
Fatmawati Jakarta Selatan karena sakit sesak pernafasan dan stroke yang
diderita sejak lama. Meninggalkan seorang Isteri, 3 (tiga) orang putra-putri
dan 4 (empat) orang cucu. Dimakamkan di Pemakaman Khusus Tanah Kusir Jakarta.
3.
Sahabat Abduh Paddare (Periode
1973-1977)
Lahir di Kampung Rambang Makasar Sulawesi Selatan,
Tanggal 27 Desember 1938. Ketua Umum PB. PMII periode 1973-1977, hasil Kongres
V PMII di Ciloto Jawa Barat. Inilah satu-satunya Kongres PMII yang tidak
berhasil memilih Ketua Umum. Pemilihan pengurus dilanjutkan di Wisma Angkatan
Laut (di belakang Hotel Borobudur Jakarta) selama dua malam, belum juga
berhasil. Akhirnya acara pemilihan pengurus itu dilanjutkan di Kantor PB NU.
Sahabat Abduh terpilih sebagai ketua umum PB.PMII untuk periode 1973-1977
setelah bersaing dengan sahabat Amdir Thahir.
Dil disebut sebagai Ketua Umum PB PMII yang paling
dilematis dalam perjalanan sejarah PMII, karena dia termasuk salah satu tokoh
PMII yang tidak setuju dengan “Independensi PMII” sehingga dia tidak mau hadir
pada acara MUBES II PMII di Murnajati Lawang Malang, yang melahirkan “Deklarasi
Independensi PMII”, tapi di sisi lain dia harus mengemban amanat “Independensi
PMII” sebagai amanat Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat.
Bersama-sama dengan Zamroni ia juga sebagai penandatangan
Deklarasi Berdirinya KNPI (1973), menggabungkan PMII menjadi anggota Kelompok
Cipayung (1974), menjadi anggota MPR (1977-1982), DPR/MPR RI (1983-1987),
Anggota MPR (1992-1997), Ketua Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Alumni
(FOKSIKA) PMII (1988-1991), Wakil Sekjen DPP PPP (1994-1999) dan Pegawai Negeri
Sipil Departemen Agama RI. Alumnus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel Malang, dan Sarjana Lengkap di IAIN Jakarta.
Lahir di Kuningan Jawa Barat 1945, pernah menjadi Ketua
Umum Dewan Mahasiswa IKIP Jakarta, dan Ketua Badan Koordinasi Senat-senat
Mahasiswa IKIP se Indonesia (1970), Ketua Umum PB PMII periode 1977-1981) Wakil
Sekjen PB NU (1984-1989 dan 1989-1994), Sekjen PB NU pada periode kepengurusan
Gus Dur yang kedua, tokoh sentral yang paling berpengaruh dalam Kelompok
Cipayung. Pada masanya Kelompok Cipayung benar-benar menjadi kelompok sosial
kontrol yang kritis dan berani. Terpilih sebagai Ketua FOKSIKA menggantikan Abduh
Paddare, setelah menang bersaing dengan Burhanuddin Abdullah (Gubernur BI).
5. Sahabat
Muhyiddin Arubusman (Periode 1981-1984)
Lahir di Ende Flores Nusa Tenggara Timur, 24 April
1951 (cucu Raja Flores), Ketua Umum PB PMII periode 1981-1985, pernah dua
periode duduk sebagai ketua DPP KNPI, yaitu periode 1984-1987 dan 1987-1990.
Sekjen DPP AMII (Angkatan Muda Islam Indonesia). Ketua Majelis Pembina Nasional
PB PMII periode 2005-2007, dan Sekretaris Dewan Syura DPP PKB.
Lahir di Jakarta, Ketua Umum PB PMII periode 1985-1988
dari hasil Kongres VIII PMII di Bandung Jawa Barat. Ia terpilih setelah
bersaing ketat dengan Iqbal Assegaf, dengan selisih sangat tipis, hanya satu
suara.Asisten Direktur Hero Supermarket, Wakil Sekjen Asosiasi pedagang,
Pengicer dan pertokoan Indonesia (AP3I), Dewan Pembina PP GP ANSOR, Anggota
DPR/MPR RI Fraksi PPP (1999-2004),
Menteri Koperasi dan UKM (2004-2009), Ketua Umum PPP Periode 2007-2011.
7.
Sahabat Muhammad Iqbal Assegaf
(Periode 1988-1991)
Lahir di Labuha Maluku pada 12 Oktober 1958, Riwayat
Pendidikan: SD Islamiyah I Ternate (1971), Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairat
(1972), SMP Negeri Ternate (1974), SMA Negeri Ternate (1977), Fakultas
Kedokteran Hewan IPB (1983), Institut Of Management IEU Jakarta (1993).
Pengalaman Organisasi: Ketua Umum OSIS SMP Negeri Ternate (1972-1973), Ketua
Umum OSIS SMP Negeri Ternate (1976-1977), Ketua Badan Kerohanian Islam Keluarga
Mahasiswa IPB Bogor (1979-1981), Sekjen Badan Perwakilan Mahasiswa Fak.
Kedokteran Hewan IPB Bogor (1982-1984), Sekjen Majlis Permusyawaratan Mahasiswa
IPB Bogor (1982-1984), Ketua Umum PMII Cabang Bogor (1981-1983), Ketua
Umum PB PMII periode 1988-1991, hasil Kongres IX PMII di Asrama Haji Surabaya
Jawa Timur, dia menduduki jabatan sebagai Ketua Umum PB PMII setelah berhasil
menang dengan suara mutlak dari saingannya Syaifullah Maksum.
Setelah melepas jabatan sebagai Ketua Umum PB PMII, ia
langsung menjadi Ketua Dewan Pembina PB PMII pada periode berikutnya, 1991-1994.
Ini baru pertama kali terjadi dalam organisasi PMII. Wakil Ketua Majlis Pemuda
Indonesia (1987-1990), Anggota Pengurus Group Diskusi Nasional (GDN) Kosgoro
(1992-1994), Anggota Pokja Hankam DPP Golkar (1988-193). Ia adalah tokoh PMII
yang pernah menawarkan sesuatu yang dianggap baru dalam lingkungan dunia
kepemudaan di Indonesia melalui proses “debat langsung” para kandidat Ketua
Umum DPP KNPI tahun 1993.
Meski akhirnya ia dikhianati oleh kadernya sendiri, Ketua
Umum PB PMII saat itu (Ali Masykur Musa) dengan tidak mendukungnya dan
meninggalkan di tengah perjalanan, bahkan Ali Masykur berpaling mendukung calon
dari Kosgoro, Maulana Isman, padahal beberapa hari sebelumnya PB PMII secara
resmi mengumumkan secara terbuka kepada pers, bahwa PMII mencalonkan Iqbal
Assegaf sebagai calon Ketua Umum DPP KNPI, tetapi sebagai kader PMII yang
memiliki prinsip dan keyakinan tinggi, Iqbal jalan terus memperjuangkan nilai
dan keyakinannya itu.
Iqbal adalah Ketua Umum PB PMII yang relatif dianggap
paling sukses memimpin dan membesarkan PMII, setelah Mahbub dan Zamroni. Ia
pernah bersikap sangat tegas menolak gagasan dan saran sebagian tokoh dan
kiai-kiai NU yang menginginkan agar PMII kembali “Dependen dengan NU”. Sikap
tegas itu ia tunjukkan dengan mengeluarkan keputusan “Penegasan Cibogo”.
Sehubungan dengan itu, ia pernah megeluarkan statemen “PMII dengan rendah hati
siap menerima pendapat, gagasan, dan saran, bahkan kritik dari siapapun, tetapi
keputusan tetap berada di tangan PMII”. Itulah cermin dari sikap seorang
pemimpin yang independen.
Direktur Utama PT Shahanaz Swamandiri, ketua Tim
Asistensi Departemen Pemenangan Pemilu DPP Golkar dan wakil ketua POKJA
Depnaker-Rabithatul Ma’ahid Islamiah (RMI), Ketua Umum PP GP ANSOR,
menggantikan Slamet Effendy Yusuf. Ia terpilih sebagai Ketua Umum pada Kongres
GP ANSOR setelah bersaing ketat dengan Khoirul Anam (Ketua GP ANSOR Jawa Timur)
yang konon mendapat restu dan dukungan dari Gus Dur (Ketua umum PB NU) Ia
berhasil menembus peraturan yang mensyaratkan seorang calon ketua harus pernah
menjadi pengurus GP ANSOR setidaknya satu periode kepengurusan. Ia berhasil
meyakinkan peserta kongres untuk mengesampingkan peraturan tersebut, bahkan ia
sukses menafikan pengaruh Gus Dur di Arena Kongres tersebut. Drh. Muhammad
Iqbal Assegaf, meninggal pada hari… tanggal… 1999, kerena kecelakaan Mobil di
Jalan Tol…. Menuju kearah Tangjung Priok. Meninggalkan seorang isteri dan 3
orang anak.
8.
Sahabat Ali Masykur Musa (Periode
1991-1994)
Lahir di Tulung Agung Jawa Timur dan menjadi Ketua Umum
PB PMII periode 1991-1994, dari hasil Kongres X PMII di Asrama Haji Pondok Gede
Jakarta, dengan tema, “Demokrasi, Keadilan Sosial dan Pembangunan Masyarakat
Religius.” Ia terpilih setelah bersaing ketat dengan kandidat lainnya yaitu
Endin AJ Sofihara, Idrus Marham Putra dan Fajrul Falah (yang terakhir ini gugur pada
tahap pencalonan) Angota DPR / MPR RI dari Fraksi PKB, Ketua Fraksi PKB DPR
(1999-2004), anggota DPR / MPR RI (2004-2009), peraih suara terbanyak untuk
semua calon-calon anggota legeslatif tingkat pusat dari daerah pemilihan Jawa
Timur, Ketua DPP PKB (1999-2004) dan Wakil Ketua Umum DPP PKB hasil
Kongres PKB Semarang (2004-2009). Ketua GM Kosgoro (…) dll.
Lahir di Jombang Jawa Timur 1966, Pernah terjun dalam
dunia Jurnalistik pada Tabloit DeTik. Alimni Fisipol UGM Yogjakarta. Ketua Umum
PB PMII periode 1994-1997, hasil Kongres XI PMII di Kutai Kertanegara
Kalimantan, dengan tema, “Moralitas, Pemberdayaan Masyarakat dan Integrasi
Nasional.” Karir politiknya: Anggota DPR/MPR RI Fraksi PKB (1999-2004),
Ketua Fraksi PKB DPR RI (1999-2004), Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKB
(menggantikan posisi Dra. Khofifah Indarparawansa yang diangkat sebagai Mentri
Negara Pemberdayaan Perempuan pada masa Kabinet Presiden Abdurrahman Wahid)
Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKB (1999-2004), Sekjen DPP PKB (1998-2003) pada
masa kepemimpinan Matori Abdul Jalil, Ketua DPP PKB (…), Sekjen DPP PKB lagi
menggantikan posisi Syaifullah Yusuf yang diangkat sebagai Menteri Pemberdayaan
Daerah Tertinggal pada Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketua
Umum DPP PKB hasil Muktamar PKB di Semarang Jawa Tengah (2005-2010).
10. Sahabat Syaiful Bahri Anshori
(Periode 1997-2000)
Lahir
di …. Ketua Umum PB PMII periode 1997-2000, hasil Kongres XII PMII di Asrama
Haji Sukolilo Surabaya Jawa Timur, 1-5 Desember 1997, dengan tema,
“Revitalisasi Tradisi, Pengokohan Demokrasi dan Pemandirian Masyarakat
Menghadapai Tantangan Global.” Pada Kongres kali inilah mulai muncul gejala
anarkhi dari peserta kongres, seperti baku hantam dan saling lempar kursi. Ia
terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII setelah bersaing dengan sahabat Chatibul
Umam Wirano, Munawar Fuad Noeh.
11. Sahabat Nusron Wahid (Periode 2000-2003)
Lahir di Jepara Jawa Tengah, Ketua Umum PB PMII periode
2000-2003, hasil Kongres XIII PMII di Medan Sumatra Utara. Anggota DPR/MPR RI
dari Fraksi Golkar (2004-2009)
dari daerah pemilihan Jawa Tengah. Sekretaris Majelis Pembina Nasional PB PMII
Periode 2005-2007.
Lahir di Probolinggo Jawa Timur, 3 Mei 1972. Pendidikan
dasar di tempuh di MI Ihya’ul Islam, MTs Roudlotut Tholibin di Probolinggo.
Sambil nyantri di PP. Roudlotut Tholibin, melanjutkan pendidikan di SMAN 3
Probolinggo. Kemudian melanjutkan studi ke Universitas Merdeka Malang (Unmer)
Lulus tahun 1977, selama menjadi mahasiswa ia juga nyantri di PP. Miftahul Huda
Gading Malang. Studi program S2 di UI Jakarta dan lulus tahun 2003.
Karir Organisasi dimulai sebagai Ketua Departemen
Penalaran Senat Mahasiswa Fisipol Unmer Malang. Aktif di PMII di mulai sejak
tahun 1993 sebagai Ketua Komisariat PMII Merdeka Malang, Ketua Bidang II PMII
Cabang Kota Malang (1995), Ketua Umum PMII Cabang Kota Malang (1996),
Wakil Sekjen PB PMII (1997-2000),Ketua Umum PB PMII Periode 2003-2005, hasil
Kongres XIV PMII di Kutai Kertanegara Kalimantan Timur.
Selain itu ia juga pernah aktif dan dipercaya menjadi
koordinator kajian di Pusat Studi dan Pengembangan Kebudayaan (PUSPeK) Averroes
(Averroes Community). Buku-buku yang pernah ditulis antara lain: Mengawal
Transisi, Refleksi atas Pemantauan Pemilu 1999 (Jakarta 1999), PMII di Singpang
Jalan, Pustaka Pelajar (Yogjakarta 1999) Menjadi Kontributor tulisan:
Pemikiran-pemikiran Revolusioner Antonio Gramci Be(rtanya)lajar lagi pada
kesalahan Karl Marx (Averroes Press dan Pustaka Pelajar 2000). Politik
Indonesia dalam Masa Transisi (Upaya Menuju Sistem Politik Demokratis).
Oposisi, Upaya Mengawal Transisi, Aktivisme Politik Islam dalam Babakan Politik
Indonesia. Gus Dus, Militer dan Politik (LKiS Yogjakarta). Neraca Gus Dur di
Panggung Kekuasaan, Lakpesdam (Jakarta 2002), Sketsa Pergerakan:
Kritik-Otokritik Gerakan PMII, (Fajar Pustaka 2003), Saat ini ia menjadi staf
ahli Komisi I DPR RI dan menjadi staf pengajar di Pascasarjana UI untuk program
studi Kajian Timur Tengah dan Islam.
Buku-buku yang pernah diterbitkan PB PMII pada periode
ini antara lain: PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan; PMII 1960-1985
(Fauzan Alfas) Untukmu Satu Tanah Airku, Untukmu Satu Keyakinanku; Menuju
Karifan Bernegara; Kilas Balik Perjuangan Zamroni. Pada periode inilah PB PMII
mempunyai kantor sekretariat sendiri secara permanen.
Lahir di Trenggalek Jawa Timur, Ketua Umum PB PMII
Periode 2005-2007, dari hasil Kongres XV PMII di Bogor Jawa Barat.
Lahir di Manado 1 April 1978. Saat ini menjadi ketua
PANDU Indonesia, sayap muda PAN.
15. Sahabat Addin Jauharuddin (2011-2014)
Adin Jauharudin akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013
dengan perolehan 90 suara dari 221 suara yang diperebutkan. Pemilihan
berlangsung dua putaran dan pada putaran pertama hanya mengantongi 66 suara.
Dia tertinggal dari Mahbub Zaki yang 81 suara, tapi kandas di putaran kedua
dengan hanya memperoleh 47 suara dan Dwi Satya Afriza yang memperoleh 50 suara.
Sesaat setelah terpilih pada Kamis (17/3) malam Adin menyampaikan ‘Pidato Iftitah’ kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013. Dia disambut meriah dengan gegap-gempita pendukungnya mengiringi setiap kata-kata yang dia sampaikan kepada seluruh PC PMII se-Indonesia.
Sesaat setelah terpilih pada Kamis (17/3) malam Adin menyampaikan ‘Pidato Iftitah’ kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013. Dia disambut meriah dengan gegap-gempita pendukungnya mengiringi setiap kata-kata yang dia sampaikan kepada seluruh PC PMII se-Indonesia.
Dalam sambutannya, Adin mengajak seluruh kader untuk bergerak secara masif,
agar PMII mampu menjadi pemimpin bagi gerakan sosial. PMII harus bisa menjadi
motor penggerak perubahan. “Saya akan mengajak sahabat-sahabat kandidat untuk
membangun koalisi yang kuat. Koalisi yang berbasis kompetensi, intelektualitas,
dan proporsionalitas wakil daerah,” katanya optimis. Selain itu Adin akan mempersiapkan komposisi kabinetnya dan merapihkan struktur
organisasi dalam 3 bulan pertama kepemimpinannya. Harapannya, PMII benar-benar
siap, untuk menjadi motor penggerak perubahan.
“Saya berharap, tiga bulan pertama, PMII telah siap untuk saya pimpin
menjadi pemecah kebuntuan gerakan sosial. Sahabat-sahabat semua akan saya
pimpin untuk bergerak dan memberikan ruh bagi gerakan sosial yang lain,” tandas
Adin yang disambut tepuk tangan peserta kongres.
Yang pasti dia terkejut bisa menang melawan kandidat-kandidat yang
notabenenya tokoh-tokoh PMII. “Saya tidak percaya bisa menang dalam kongres
ini. Saya sampaikan terimakasih kepada sahabat-sahabat yang dengan kukuh
mempertahankan pendirian untuk memilih saya,” ujarnya berterima kasih pada
pendukungnya
Aminuddin Ma’ruf terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia periode 2014-2016 pada Kongres Jambi yang berlangsung
30 Mei sampai 10 Juni 2014.
Amin, kader PMII yang diusung Cabang Jakarta Timur tersebut menyelesaikan
S1 di Universitas Negeri Jakarta dan melanjutkan S2 di Universitas Trisakti. Di
PB PMII sebelumnya ia dipercaya sebagai Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi.
Salah seorang pengurus PB PMII, Abdul Malik, menceritakan proses pemilihan
di kongres tersebut. Menurut dia, awalnya yang mencalonkan diri menjadi ketua
umum sekitar 15 orang. Setelah beberapa calon mengundurkan diri, 5 kandidat
maju pada putaran pertama.
Kata Malik, pada putaran pertama itu Muammarullah Umam mendapat 51 suara,
Aminuddin Ma’ruf 38, Abdul Aziz 7, Zaini Mustakim 41, Jabidi Ritonga 35,
Miftahul Aziz 45. Sementara pada putaran kedua Aminuddin 102, Muammarullah Umam
74, Miftahul Aziz 64.
“Aminuddin terpilih secara demokratis pada kongres tersebut,” kata Abdul
Malik melalui telpon Selasa (10/6). (Abdullah Alawi).
Independensi PMII
Pada awal berdirinya PMII
sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis
kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik
secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika
rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus
juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus
serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui
kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1972
melalui Mubes ke-III di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas
dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada
kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi
PMII. Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham
Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara
kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal
Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII
membedakan diri dengan organisasi lain. Keterpisahan PMII dari NU pada
perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja.
Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat
keduanya susah untuk direnggangkan.
Makna Filosofis
Dari namanya PMII disusun dari
empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna
“Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk)
yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif
pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi
mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi
ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di
dalam kualitas kekhalifahannya. Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi
muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.
Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius,
insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa
tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial
kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun
sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai
agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep
pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam,
dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin
sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan
transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan
menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena
dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang
lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa
(Pancasila) serta UUD 45.
Salam
Bismillahir Rahmanir Rahim
"Modus operandi Wahabi: Menyembunyikan kebenaran bagi menyebarkan kebatilan terhadap Syiah"
1. A. Pengubahan al-Qur'an (tahrif al-Qur'an) dalam buku-buku Sunni yang disembunyikan oleh Wahabi adalah bagi tujuan menyesat atau mengkafirkan Syiah.
Justeru, Wahabi mendedahkan "tahrif al-Qur'an" dalam buku-buku Syiah sahaja kepada umum, tanpa menyebutkan " tahrif al-Qur'an" yang dicatat dalam buku-buku Sunni walau pun Syiah dan Sunni mempercayai al-Qur'an yang ada sekarang.
B. Pengubahan Sunnah Nabi saw dengan sengaja oleh majoriti para sahabat yang disembunyikan oleh Wahabi adalah bagi mempertahankan keadilan para sahabat walau pun mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw!. Justeru, mereka adalah Ahli Sunnah sahabat dan bukan Ahli Sunnah Nabi saw dari sudut amali.
C. Penghinaan para sahabat terhadap Nabi saw di dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, disembunyikan oleh Wahabi bagi tujuan memihak kepada para sahabatnya yang telah mengubah Sunnahnya Nabi saw dan bukan memihak kepada Nabi saw yang maksum.Justeru, Wahabi dan Sunni memilih sunnah sahabat daripada Sunnah Nabi saw dari sudut amali. Sementara Syiah pula berpihak
kepada Nabi saw dan memilih Sunnahnya Nabi saw dalam semua perkara. Perlu dinyatakan bahawa sunnah sahabat adalah bertentangan dengan Sunnah Nabi saw dan ia juga bertentangan dengan al-Qur'an. Justeru, Syiah adalah Ahli Sunnah Nabi saw yang sebenar sementara Sunni dan Wahabi adalah Ahli Sunnah sahabat.
D. Kekafiran majoriti para sahabat selepas kewafatan Nabi saw disebabkan mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw menurut Hadis, disembunyikan daripada masyarakat umum umat Islam di Nusantara oleh Wahabi bagi tujuan menyesat atau mengkafirkan Syiah, sedangkan ia diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWQXF6VWJRNkdZYmdMS25Da2NkRkU1YjVaLWRz/view?usp=drivesdk
2. Siapakah Ahli Sunnah Nabi saw yang sebenar (1)?:
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWejJIMF9JMXE5blE/view?usp=drivesdk
3. Siapakah Ahli Sunnah Nabi saw yang sebenar (2)?:
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWdXZubUJzRHllXzQ/view?usp=drivesd
4. Siapakah Ahli Sunnah Nabi saw yang sebenar (3)?:
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWNkFHUnRNYld6N1k/view?usp=drivesdk
5.Siapakah Ahli Sunnah Nabi saw yang sebenar (4)?:
https://drive.google.com/file/d/1VekxM-_yYqUhFQnSRynylmHKBg65OSnx/view?usp=drive
6.Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang bertentangan dengan al-Qur'an dan ayat-ayat al-Qur'an yang bertentangan dengan Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah:
https://drive.google.com/file/d/12aImJbBv1e0cSE6vBNmVsjG7Wk8fmvKr/view?usp=drives
Sunni dan Syiah adalah bersaudara.
Sila layari: almawaddah.info